Senin, 28 Desember 2015

Kontektualisasi arah pendidikan ditengah masifnya arus Globalisasi dan Informasi

Kontektualisasi arah pendidikan ditengah masifnya arus Globalisasi dan Informasi

            Indonesia sebagai Negara yang besar, yang mempunyai penduduk terbanyak ke-4 didunia, dan Negara yang mempunyai kekayaan Sumber Daya Alam yang melimpah ruah tentu saja harus dapat bersaing di era globalisasi yang Modern saat ini. Tentu saja bukan hal yang mudah untuk dapat mengubah wajah Indonesia menjadi lebih baik, bukan hal yang mudah untuk mengubah pola pikir penduduknya menjadi lebih maju dan kritis, dan bukan hal yang mudah pula untuk mengubah mental penduduknya agar bisa bersaing di kancah global dalam era modern saat ini dan menjadikan Indonesia kaya akan Sumber Daya Manusianya.
            Untuk mewujudkan Indonesia menjadi Negara yang maju dan kaya akan sumber daya Manusia ,tentu saja Pendidikan dirasa sangat penting. Karena jika rakyat Indonesia dapat mengenyam pendidikan minimal 12 tahun,maka dapat meminimalisir penyakit buta huruf, dan dipastikan rakyat Indonesia bisa calistung (membaca, menulis, berhitung) dan di harapkan dapat meraih tujuan pendidikan Bangsa Indonesia yang terdapat di Pembukaan UUD 1945 alinea keempat yaitu salah satunya “mencerdaskan kehidupan bangsa”.Menurut Muhammad Zainuddin Abdul Madjid terkait tujuan pendidikan menjadi inti dan sangatlah urgen,mengapa?karena persoalan pendidikan pada dasarnya berhubungan erat dengan dimensi kehidupan manusia yang terus berubah,berinovasi,dan terus berproses menuju sebuah perubahan ke arah yang lebih baik.Ketika pendidikan ini terkait dengan hal yang di atas,tentu hal yang terpenting adalah tujuan dari pendidikan itu sendiri,yang mesti dirumuskan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.Tujuan pendidikan merupakan hal penting dalam dunia pendidikan.sebab,bagaimana mungkin sebuah proses pendidikan menjadi jalan perubahan menuju ke arah yang lebih baik,seksama,dan visioner jika tujuan dari pendidikan itu sendiri tidak jelas.
            Di era globalisasi ini terjadi banyak sekali benturan yang terjadi,khususnya di bidang pendidikan secara umumnya ,nyatanya di lapangan pendidikan kita belum juga dapat menciptakan karakter generasi didik yang berfikir kritis dan memiliki kemampuan dalam menghadapi tantangan arus era globalisasi yang kian menindas dan mencengkram. Belum lagi pendidikan di Indonesia sekarang ini seperti digiring kearah sistem sekuler barat,dimana terjadi pemisahan antara pemdidikan ilmiah dengan agama yang tentunya bertentangan dengan Pancasila yang menerangkan bahwa Indonesia adalah negara ketuhanan,sehingga tidak adanya sinergisitas antara ilmu intelektual dengan spiritual yang dibangun ,yang berimbas pada degradasi moralitas pada generasi muda saat ini.
            Disamping itu,permasalahan sistem pendidikan yang semakin bobrok pada realitanya,kebobrokan ini dapat penulis bagi mulai dr aspek rekrutmen guru dalam hal sertifikasi dan juga dalam pemberlakuan kurikulum yang masih belum adanya konsistensi serta komitmen yang tidak selaras dengan tujuan nasional yang tertera pada UUD NRI 1945 alinea ke IV.
            Masih banyak ditemui rekrutmen guru yang melenceng,dimana rekrutmen guru dalam kaitannya mendapatkan seritifikasi agar mnjadi pegawai negeri ,bahkan guru-guru saat ini rela mengelontarkan biaya untuk mendapatkan sertifikasi tersebut,artinya dari tenaga pendidikpun masih dipertanyakan moralitasnya yang tidak lagi memiliki tujuan mencerdaskan anak bangsa,tetapi demi kekuasaan dan materi semata. Dan juga peran guru yang belum maksimal dalam memberikan pengawasan terhadap anak didik dalam menerima Informasi yang abstrak,seharusnya peran guru haruslah lebih masif,dimana    ditengah lajunya arus informasi ini,anak didik akan sangat mudah mendapatan informasi dari berbagai macam sumber yang terkadang disalah gunakan,contoh: Pornografi,aliran sesat dll,artinya memang diperlukan peran aktif dari guru dalam mengawasi derta membantu anak didik untuk bagaimana caranya mengolah informasi agar Informasi tersebut menjadi berguna bagi anak didik untuk mereka mengembangkan intelektualitas.
            Terkait dengan sistem pendidikan,tentunya saya berpendapat  bahwa sistem pendidikan harus bisa mengikuti perkembangan zaman di era globalisasi,harus bisa menjawab semua tantangan yang ada,dan mudah dijangkau oleh kalangan bawah yang masih kekurangan dan tidak mampu mengecap bangku pendidikan,hal ini perlu ditekankan bahwa kita memiliki tujuan besar yaitu mencerdaskan kehidupann bangsa yang tentunya tidak ada diskriminasi golongan didalamnya,seluruh masyarakat Indonesia berhak mendapatkan pendidikan.
            konkritnya saya selaku penulis memunculkan suatu gagasan yang nantinya dapat berujung pada sebuah teori,yaitu "keseimbangan intelektual dengan nilai spiritual" dengan saya namakan KURIKULUM INTEGRITAS. Di tengah lajunya arus informasi ini tentunya akan benyak pro dan kontra yang muncul,akan tetapi jika kita mengambil sisi positifnya dan merangkum sisi buruknya tentu hal ini dapat sangat berguna di kemudian hari, pendidikan yang hanya bertumpu pada daya intelektual tidak menjanjikan apapun tanpa adanya nilai sikap,prilaku,integritas,dan norma-norma sosial lainnya,intelektual saja hanya akan menciptakan calon pemimpin bangsa yang korup dan tidak memiliki hati nurani yang siap menindas kaum yang lemah.Hal ini tentu menjadi perhatian saya,seorang pemimpin bangsa haruslah memiliki keseimbangan intelektual dan spiritual.Jadi,untuk sistem pendidikan saya mengajukan sebuah kurikulum yang berbasis aqidah,yaitu kurikulum Integritas yang nantinya akan menjadi suatu identitas peserta didik yang berintelektual tinggi dengan ilmu spiritual yang baik.peserta didik akan diperkenalkan dengan kurikulum spiritual yang realitanya merupakan sekumpulan kegiatan-kegiatan seperti bakti sosial,pengajian,blusukan ke daerah-daerah yang serba kekurangan,belajar bersama di panti asuhan,panti jompo ataupun dirumah penyandang disabilitas.pembelajaran-pembelajaran seperti ini yang  seharusnya ditekankan oleh pemerintah dibidang pendidikan agar peserta didik mendapatkan nilai-nilai serta norma-norma sosial yang dibutuhkan dalam menjalani kehidupan di masa yang akan datang,hal ini juga menjadi doktrin kemanusiaan,keagamaan,dan perilaku.jadi sistem pendidikan di Indonesia menghasilkan manusia-manusia yang berintelektual,berintegritas serta peduli terhadap kemajuan lingkungan sekitarnya.









Kamis, 24 Desember 2015

rausyan fikr masa kini

Rausyan Fikr masa kini 
Berkaca dari sebuah teori lama yang keluar dari pemikiran Ali Shariati (bukunya"Membangun masa depan Islam) yaitu tentang Rausyan fikr, Dalam pemikiran Syariati, Rausyanfikr adalah manusia dengan kualitas insan, yaitu manusia yang mampu melepaskan diri dari determinisme alam, sejarah, dan egoisme pribadinya. Modal utama insan adalah kesadaran diri, kebebasan memilih, dan kreatifitas. Syariati sangat menekankan bahwa, Insan atau Rausyanfikr harus terlepas dari kerangkeng egoisme pribadi, dan harus mampu memerdekakan diri dari kekuatan deterministik, serta bertugas untuk menularkan kesadaran diri dan masyarakat pada al-nas.Walaupun secara bahasa Rausyanfikr, berarti jiwa-jiwa yang tercerahkan (The Englighted Souls). atau pemikir-pemikir yang tercerahkan (The Englighted Thinker).  
Dimana teori ini memiliki tujuan demi suatu kebaikan bersama dan memiliki suatu tujuan mulia untuk bagaimana caranya memberikan pendidikan,pengetahuan kepada lingkungan sekitarnya. Teori ini suatu konsep ideal seorang pemimpin untuk diterapkan didalam suatu wadah perkumpulan atau organisasi,dimana konsep Rausyan Fikr ini mencari suatu kebenaran dalam berfikir demi terwujudnya tatanan lingkungan yang memiliki pola pikir membangun dan mendidik demi suatu tujuan organisasi agar tercapai.  
Konsep inilah yang membuat seorang pemikir dari timur tengah benar-benar mendunia hasil buah karya pemikirannya,dikarenakan Rausyan Fikr ini mencerminkan suatu cara serta solusi agar bagaimana tujuan suatu perkumpulan atau organisasi tercapai.Akan tetapi pada masanya Ali shariati pun kerap menemui kendala dikarenakan pola pikir manusia pada saat itu masih terbelakang dan cendrung memiliki keyakinan terhadap hal hal ghaib dan mistis, sehingga Rausyan Fikr ini sulit diterima dimasyarakat pada masa itu,tetapi tak sedikit orang pula yang memiliki suatu kepercayaan yang berujung pada optimistik dimana ia membuka pemikirannya agar dapat mencerna serta menerapkan Rausyan Fikr dikehidupan bermasyarakat. 
pada masa Ali shariati dalam pembebasan Iran terdapat banyak perkara pula ,diantaranya adalah dimana 2 kubu Intelektual terpecah belah,Kubu pertama adalah kubu yang tetap mempertahankan tradisi lama dengan sangat akut sehingga cendrung kolot dan tanpa perubahan yang membangun,Kubu satunya adalah kubu yang terbawa arus weternisasi,dimana budaya eropa begitu jauh membawa perubahan terhadap tradisi di Iran yang terkenal dengan negara mayoritas islamnya.artinya pada masa revolusi Iran pun diawali oleh suatu perpecahan antara kaum itu sendiri dan itu merupakan tantangan Ali syariati pada masanya.Namun demikian problematika yang terjadi saat masa kini pun tetap terjadi hal-hal perpecahan yang berangkat dari suatu pemikiran yang berbeda. Aneh tapi nyata,maka dari itu penulis katakan bahwa teori Ali shariati terkait Rausyan Fikr ini tetap dapat menjadi landasan untuk menjawab permasalahan kontemporer saat ini,dimana dibutuhkan sebuah konsep ideal untuk menjawab kehidupan yang individualistik ini yang berimbas pada berkuasanya kapitalistik dalam meng-Klaim semua aspek yang menurutnya telah dikuasai. Disamping dengan benar-benar memahami konsep rausyan fikr,kita harus bisa menekankan untuk bagaimana caranya menanamkan kembali serta meningkatkan rasa moralitas dan integritas dengan tujuan membangun bangsa yang mulai bobrok ini. 
Pertanyaannya adalah siapakah orang yang tercerahkan? dia adalah orang yang sadar "dalam keadaan manusia seutuhnya" dimasanya,jika kita korelasikan pada masa kini yang harus sadar dan menguasai konsep Rausyan Fikr ini adalah pemuda pada umumnya dan mahasiswa pada khususnya,kenapa mahasiswa?karna mahasiswa memiliki beban tanggungjawab dalam membela kaum tertindas dengan intelektualitas yang dimiliki,mahasiswa dibagi menjadi agent of change,agent of social control,and iron stock ,dimana peran mahasiswa menjadi sangat vital untuk bagaimana caranya menguasai konsep rausyan fikr secara bersama-sama membela hak-hak rakyat. Akan tetapi mahasiswa pun masih belum bisa dikategorikan sebagai golongan yang "sadar dan tercerahkan" karna intelektualitas saja belum cukup, perlu adanya moralitas dan integritas yang tinggi untuk dapat membawa perubahan yang signifikan agar mahasiswa dapat mengembalikan kepercayaan rakyat yang mulai pudar kepada mahasiswa. Di masa skrg ini peran mahasiswa sangat dipandang sebelah mata oleh rakyat,bahkan ketika melakukan aksi yang sejatinya adalah demi kepentingan rakyat tetapi malah tidak diterima oleh rakyat,contoh : ketika aksi, masyarakat malah merasa terganggu oleh tindakan masa aksi mahasiswa yang melakukan aksi di tengah jalan,sedangkan maksud tujuan mahasiswa melakukan hal itu ,untuk menarik perhatian pemerintah dan memperlihatkan kepada rakyat bahwa masih ada segelintir orang yang peduli dengan keadaan bangsa Indonesia yang sangat ironi ini.Artinya seorang mahasiswa harus memiliki moralitas yang tinggi,integritas yang memadai agar dapat nantinya menguasai konsep rausyan Fikr ini dengan sempurna,hal ini pun tentunya harus dilakukan mahasiswa secara bersama-sama,mahasiswa harus melepaskan ego sektoral dan menyelesaikan konflik-konflik antar mahasiswa,mahasiswa harus bisa bersatu untuk bagaimana dapat melawan kejahatan yang terorganisir ,karna "kebaikan akan dikalahkan oleh kejahatan yang terorganisir" 
Jika hal ini telah dilakukan,maka penulis yakin hal ini akan membawa angin segar bagi bangsa indonesia kedepannya,pemuda yang bertajuk mahasiswa telah berada pada koridor perjuangan yang benar jika dapat menyelaraskan antara moralitas dan integritas serta rausyan fikr yang diarahkan demi kemajuan bangsa Indonesia kedepan.